Pengalaman Saya Naik Pesawat Keliling Indonesia, Bikin Saya Makin Cinta Tanah Air!

Jujur saja, mungkin sudah nyaris satu tahun saya tidak bepergian menggunakan pesawat. Terakhir kali saya naik pesawat itu sekitar akhir tahun lalu, 2016, menjelang perayaan Tahun Baru di Bali. Kemudian, perjalanan-perjalanan keluar kota berikutnya yang saya lakukan menggunakan bus atau mobil. Lalu, sejak ayah sakit pada Lebaran Idul Fitri pertengahan tahun ini, otomatis saya tidak pernah lagi bepergian keluar kota.

Namun, kenangan saya bepergian ke kota-kota di Indonesia dengan naik pesawat tentu masih terekam dengan baik di memori saya. Terutama saat saya masih bekerja di sebuah institusi asing di Surabaya, yang mengharuskan saya bepergian dinas ke Jakarta, atau ke kota-kota lain di Indonesia bagian timur. Tentunya, bepergian menggunakan pesawat selalu menjadi pengalaman yang exciting buat saya, karena pastinya saya akan melihat bandara, lalu melihat Indonesia dari udara, duduk di dalam kabin dilayani oleh pramugara ganteng dan pramugari cantik. Jujur, di antara berbagai moda transportasi yang pernah saya gunakan, saya memang paling suka naik pesawat. Terlebih lagi kalau di Indonesia.

Keindahan Pulau Dewata ditilik dari balik jendela kabin pesawat, memang bikin lidah berdecak kagum! (foto: dokpri)

Perjalanan yang pernah saya lakukan menggunakan pesawat, selain ke Jakarta, juga ke Surabaya, Bali, Medan, Makassar, Kendari dan Ternate. Enaknya, kalau untuk perjalanan dinas, sudah menjadi peraturan perusahaan bahwa karyawannya tidak boleh menggunakan maskapai selain Garuda Indonesia atau AirAsia. Sebab, kedua maskapai ini dianggap paling aman dan kredibel ketimbang maskapai-maskapai lainnya. Tapi kalau bukan perjalanan dinas, saya biasanya memilih maskapai ‘adik’-nya Garuda, yaitu Citilink. Ingin sih mencoba maskapai yang cukup aman lainnya seperti Sriwijaya Air, tapi entah mengapa tiket yang saya dapatkan kebetulan selalu Citilink. Mungkin belum jodoh :p.

Perjalanan dinas saya dari Surabaya ke kota-kota lainnya di Indonesia bagian Timur mengharuskan saya sering mendarat di bandara Hasanuddin, Makassar, untuk transit. (foto: dokpri)

Kenangan naik pesawat ke beberapa kota di Indonesia tentunya ada beberapa yang membekas. Misalkan saja tugas dinas ke Makassar yang saya lakukan bisa sampai empat atau lima kali selama dua tahun selama tinggal dan bekerja di Surabaya. Saya tidak pernah akan menyangka sebelumnya bahwa suatu hari saya akan bolak-balik ke luar pulau Jawa (maap yah norak :p), meskipun hanya ke Makassar, untuk urusan kantor. Dari perjalanan dinas bolak-balik Makassar itulah saya menyadari, bahwa ada kota yang berkembang pesat lainnya di luar pulau Jawa, bahkan bisa dikatakan setara dengan kota-kota besar di Jawa seperti Bandung dan Surabaya. Ini saya lihat dari banyaknya hotel bintang lima di kota itu, banyaknya restoran dan kafe serta jalan raya yang sudah sangat bagus dari segi fisik (maksudnya beraspal dan lebar-lebar).

Saya jadinya juga memahami Makassar menjadi pusat transit penerbangan-penerbangan dari pulau Jawa ke kota-kota lainnya di Indonesia bagian timur. Baik itu dari Jakarta atau pun Surabaya, jika hendak bepergian ke Manado, Kendari atau kota-kota lainnya di Indonesia bagian timur, sebagian besar pesawat biasanya akan transit di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Saya pun pernah terpaksa menginap semalam di sebuah airport hotel di bandara ini gara-gara pesawat yang hendak saya tumpangi dari Surabaya ke Makassar mengalami keterlambatan, akibat cuaca buruk.  Padahal tujuan akhir saya ke Kendari.

Keterlambatan pesawat dari Surabaya ke Kendari dengan titik transit di Makassar mengharuskan saya ‘mendekam’ sebentar di markas Garuda Indonesia di bandara Hasanuddin untuk dipesankan kamar hotel di bandara. (foto: dokpri)

Saya tiba di Makassar sudah malam sekali, sekitar jam sembilan malam Waktu Indonesia Tengah, sementara pesawat terakhir yang terbang ke Kendari sudah lepas landas sejak jam tujuh malam. Untuuung deh, maskapai yang saya tumpangi waktu itu, Garuda Indonesia, memberikan service yang sangat memuaskan. Saya diberikan kamar tempat menginap di airport hotel yang merupakan jaringan hotel internasional… kalau tidak salah ibis budget hotel. Dan itu gratis lah pastinya 😉. Oya, tapi harap diingat berhubung saya tiba di Makassar sudah sangat malam untuk ukuran orang sana (kalau di Jakarta jam sembilan malam suasana masih gegap gempita ya :D), maka sudah banyak restoran di bandara yang tutup. Jadi saya makan malam seadanya di restoran padang di dalam bandara, yang menyisakan sedikit lauk saja (kalau nggak salah saya hanya makan nasi pakai telur balado, hiks…).

Perjalanan ke Makassar, berhubung itu tugas dinas, saya selalu naik pesawat jenis Boeing yang badannya lumayan gede. Tapi saat ke Kendari dan Ternate, jenis pesawat yang saya tumpangi lebih kecil, sekelas Fokker gitu deh yang badannya ramping. Namun, walaupun kecil, Garuda tetap kasih service yang memuaskan dengan kursi pesawat yang empuk, nyaman, makanan serta minuman, dan… bantal kecil buat sandaran atau tidur, he he he. Perjalanan ke kota-kota di luar pulau Jawa, terutama Kendari dan Ternate ini mengesankan karena banyak hal.

Langit Kendari yang saat itu berkabut, saya potret dari dalam bandara sebelum melanjutkan perjalanan ke Ternate. (foto: dokpri)

Pertama, entah kenapa saat saya ke sana cuaca memang tidak sedang bersahabat. Jadi, pesawat yang saya tumpangi terpaksa melewati gumpalan awan cumulo nimbus, yang otomatis bikin pesawat mengalami turbulensi alias goncangan. Goncangannya lumayan bikin jantungan, ha ha ha.. Walaupun saya kerap bepergian ke Eropa juga menggunakan pesawat, tapi saya malah lebih takut mengalami turbulensi saat melintasi kawasan Indonesia bagian timur karena banyaknya pegunungan dan alam yang masih liar ;D. Kebayang ‘kan kalau sang pilot mengemudikannya asal-asalan, itu hidung pesawat bisa saja (na’udzubillah) membentur perbukitan di pegunungan, trus jatuh di hutan yang masih liar, atau paling ngeri.. jatuh di lautan dalam, huhuhu ☹.

birunya perairan dan hijaunya daratan dilihat dari balik jendela kabin pesawat, membuat saya makin cinta Indonesia. (foto: dokpri)

Tapi anehnya, justru dari naik pesawat mengarungi Indonesia bagian timur itu, saya malah jadi semakin cinta sama Tanah Air saya sendiri. Saya melihat Indonesia memang indah sekali. Dari atas, dari balik jendela pesawat, saya melihat gugusan pulau yang membentang dalam warna hijau yang menyejukkan mata, belum lagi bentuk gugusannya itu membentuk rangkaian sketsa yang teratur. Pemandangan ini sungguh jauh berbeda dibandingkan saat saya terbang di atas langit jazirah Arab atau di semenanjung Eropa (kan saya ke Eropa biasanya naik maskapai Arab, jadi pastinya ngelewatin jazirah tandus dulu yang bisa terlihat dari atas pesawat, atau dari layar monitor kabin penumpang). Jika di atas jazirah tandus, yang saya lihat hanya gurun pasir tak berujung, sementara di atas semenanjung Eropa ya daratan yang kering (saat musim dingin) atau kuning terik (saat musim panas) atau bangunan-bangunan pencakar langit.

Maka, saat melewati gugusan kepulauan di atas perairan Indonesia dari balik jendela pesawat, mata ini terasa seperti mendapat percikan air segar, dan nurani otomatis berkata, “Indahnya Indonesia sangat khas dengan birunya air laut dan hijaunya pulau-pulau.” Tidak heran jadinya bahwa bangsa-bangsa lain sejak zaman purba.. halah, hiperbol :p, yah sejak zaman ratusan tahun lalu telah menaruh perhatian pada Indonesia. Jika saja setiap orang Indonesia menyadari hal ini… Maka, cara termudah untuk menggoyahkan bangsa kita ya tentunya melalui perbedaan yang kita miliki: perbedaan suku, perbedaan bahasa, dan yang paling mudah digoncang sekarang ini ya perbedaan keyakinan alias agama. Saya paham mungkin sebagian besar dari kita belum merasakan keindahan Indonesia, belum menyadari potensi yang dimiliki negeri kita. Berhubung kita semua ini secara fisik sama, ya wajar sih yang kita cari jadinya perbedaan yang ada di sekitar kita. Lalu, tanpa terasa lambat laun, suatu hari biru-hijaunya zamrud khatulistiwa ini sudah jadi milik bangsa asing saja ☹.

kegiatan yang paling saya suka saat berada di dalam pesawat: melihat dari balik jendela kabin dan merenungkan berbagai hal. Dalam hal ini, saya merenungkan keindahan Indonesia yang tidak disadari penduduknya sendiri. (foto ilustrasi: pexels)

Anyway, teman-teman yang belum kesampaian merasakan dan melihat indahnya Indonesia, maka usahakanlah dari sekarang agar mencari kesempatan terbaik mengelilingi Indonesia. Sekarang ‘kan tiket murah banyak. Anda juga bisa membeli tiket pesawat murah di Blibli Travel. Kalau saya sih belum kesampaian merasakan dapat tiket Sriwijaya Air untuk mengarungi bagian barat Indonesia 😀 (baru kota Medan saja, bah !). Ah… Indonesia di bagian mana pun memang indah…***

Ikuti Blibli.com Blog Competition #SahabatPerjalananmu. Hadiah Tiket Pesawat PP & Voucher Belanja

6 Comments Add yours

  1. Dee Rahma says:

    Indonesia memang indah ya, kak :’) Bikin kepengen eksplor terus jadinya.

    1. dinamars says:

      Iya banget, bikin makin cinta sama negeri sendiri 😊.

  2. Naik pesawat itu sekarang lebih nyaman, disamping aman kadang bisa dapet harga murah kalau sedang ada promo

    1. dinamars says:

      iya asalkan untung-untungan dapet promonya ya, Mbak.. 😀

  3. Prita Hw says:

    aku jadi inget pernah transit di Makassar lama banget, waktu mau ke Kendari, hehe. Bener bgt ya mbak, ngelihat Ind dari atas tuh jadi bikin bangga terlahir disini 🙂 Nice sharing^^

    1. dinamars says:

      makasih, Mbak Prita, sudah mampir :). Iya kalau belum pernah liat Indonesia secara menyeluruh dari langit maupun dari daratan aku jadi paham kenapa banyak orang yang masih melihat perbedaan…

Leave a comment